Original Source : Kumpulan Widger Blogger INDONESIA http://hujangede.blogspot.com/2011/05/kumpulan-widget-blogger-indonesia.html#ixzz249KbhN5k

Pengetahuan

Sabtu, 10 Januari 2015

Review Film : Assalamualaikum Beijing



Setelah sempat dibuat penasaran karena begitu derasnya respon masyarakat Indonesia akan kehadiran film Assalamualaikum Beijing, Alhamdulillah saya juga akhirnya berkesempatan menyaksikan film yang diangkat dari novel best seller Asma Nadia ini semalam (Rabu, 07 Januari 2015).

Sebenarnya Assalamualaikum Beijing ini sudah sejak lama hadir melalui novel (entah kapan persisnya) dan banyak pula menarik respon positif masyarakat akan kehadiran novel ini, sebagaimana novel-novel karya Asma Nadia sebelumnya. Namun berhubung saya bukan penikmat buku fiksi (novel), jadi saya lebih memilih film nya saja untuk ditonton. Hehehe ^^

Untuk itu, ijinkan saya sedikit mengomentari film yang baru saja saya tonton ini (versi saya, sekaligus mengobati rasa penasaran org2 yg belum menontonnya..hohoho), meskipun sebenarnya saya juga tidak kebagian nonton film ini di awal, karena saya agak terlambat beberapa menit datang ke bioskopnya..

Okeh… Jadi film ini berkisah tentang cerita cinta antara…. Ah… STOP!!! Mohon maaf ya, saya tidak ingin menyampaikan ilustrasi cerita di film ini. Terlalu ribet choy, lika-liku percintaan gitu. Kalau mau tau sekilas tentang ceritanya, coba sj liat thrillernya di youtube atau baca resensi-resensi film ini, yang sudah di posting oleh kritikus2 film diluar sana (sengaja juga choy… biar tambah penasaran..hehe)

Saya hanya ingin mengambil beberapa hal yg menarik dari film ini. Misalnya dinamika cinta (*maaf) antara Asmara (Revalina), Dewa (Ibnu Jamil), dan Zhangwei (Morgan) di film ini juga secara tidak sengaja menyerupai kisah cinta Ashima dan Ahei (kisah mengenai cerita rakyat setempat, Asal mula Patung Ashima).

Yang juga sangat melekat dari film ini adalah tidak hanya tentang romantika cinta saja, tapi juga menampilkan sisi tradisi dan budaya negri tirai bambu, China. Selain itu, pesan moral dan historis mengenai sejarah peradaban islam di negri Laksamana Cheng Ho ini juga dimunculkan, menarik.
Trus diluar dari itu semua, tentu yang bikin keren film ini adalah pesan-pesan moral yang disampaikan para pemainnya. Hal ini juga membuat saya tidak pernah lepas dari handphone saya, karena setidaknya saya mencatat beberapa pesan-pesan moral yang disampaikan melalui dialog yg sarat makna, namun disampaikan secara ringan, tapi tepat sampai ke sasaran.
Misalnya….
- Ketika Zhangwei (Morgan) meyakinkan Asma (Revalina) tentang keseriusannya ingin menikahinya, ia berkata : “..tapi kisah romantis itu ada, dan tidak perlu memiliki fisik yg sempurna untuk memiliki kisah cinta yang sempurna”
- Atau saat Asma mengatakan kepada Dewa (Ibnu Jamil) : “Jangan sandingkan nama Allah dengan kebohongan!” atau dalam dialog yg lain bersama Dewa, Asma mengatakan : “Cinta itu menjaga, tergesa-gesa nafsu belaka”
- Dan yg paling keren kata-kata Ridwan (Desta) kepada Sekar (Chyntia Bella) saat melihat Asma menerima lamaran Zhangwei, : “…Nah, apa kubilang.. yang penting itu Iman, Romantis bisa nyusul belakangan”

Ah, Sudahlah… meskipun menurutku, jika dilihat film ini memang masih memiliki kekurangan, karena masih agak kurang "preachy". tapi terlepas dari (masih) adanya kekurangan dalam film ini (menurutku), dua jempol laah jika mau dibandingkan dengan film romantis Indonesia kebanyakan. dan intinya film ini bukan hanya tentang cerita cinta, tapi juga tentang semangat (move on), dan juga ada sejarah-tradisi-budaya Islam, serta nilai-nilai moral kehidupan.
Baiklah,, saya pamit “ASSALAMUALAIKUM BEIJING”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar